• RSS
  • Facebook
  • Twitter
Comments

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu 'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuhu.

Kok bicara tentang "nikah" melulu?

Akhi dan Ukhti..

Setelah baca judul postingan ini, antum pasti tau arah pembahasan ayat kali ini ke arah mana? :) Ya, masih tentang munakahat..

Maaf sebelumnya ya kalau pembahasan ayat yang ane angkat masih aja seputar munakahat. Ane sadar sebenernya masih banyak amanat dakwah selain membicarakan tentang "nikah" melulu seperti ini. Walaupun begitu, ane tetep yakin dakwah mengenai ini akan memiliki dampak yang cukup besar ke amanat-amanat dakwah lainnya..

Ko bisa? Ya, bisa.. Kalo kita bicara tentang munakahat, artinya kita bicara tentang pembentukan suatu keluarga yang akan menjadi madrasah utama manusia dalam mengenal kehidupan.
sumber: kabarnet

Ane pernah berbincang dengan salah seorang relawan pengelola Sekolah Gratis Masjid Terminal Depok, beliau menceritakan bahwasanya anak-anak jalanan yang bersekolah di sana sebenarnya bukanlah anak-anak yang berlatarbelakang tidak mampu dalam finansial. Anak-anak jalanan ini memutuskan berkutat di jalanan bukan karena uang. Tapi untuk pelarian dari masalah-masalah dalam keluarganya. Ya, sebagian besar dari mereka ternyata berlatarbelakang keluarga yang "broken-home".

Nah, antum ud nangkep permasalahannya apa di sini? Ya, keluarga. Itu yang dirindukan oleh anak-anak jalanan. Walaupun ia mencari pelarian dari masalah keluarganya di jalanan, kebersamaan dan bimbingan yang ia terima di sana jelas berbeda andaikan kebersamaan dan bimbingan itu datang dari keluarganya sendiri. Kebutuhan mental mereka tidak terpenuhi saat keluarga tidak berhasil memegang peranannya.

Keluarga itu ga sesederhana: Ayah kerja, ibu masak, anak sekolah. Ga. Ga seperti itu. Keluarga itu mengandung banyak peranan. Dan peranan yang paling utamanya itu adalah menjaga keistiqamahan. Keluarga yang bisa menjaga semangat tiap anggotanya dengan kasih-sayangnya. Keluarga yang bisa menjaga kebersamaan tiap anggotanya dengan ketentramannya. Keluarga yang bisa menjaga nilai-nilai moral yang tertanam dalam pribadi tiap anggotanya dengan bimbingan hikmahnya. Karena selain keluarga, ga ada yang bisa menelisik personal seseorang jauh lebih dalam.

Dengan kata lain, keluarga itu sebenernya adalah medan dakwah yang utama. Saat setiap keluarga berhasil memegang peranan dakwahnya ini, insya Allah dakwah dalam tingkat masyarakat pun akan lebih mudah. Karena dunia yang penuh keberkahan hanya bisa tercapai jika masyarakatnya menjunjung tinggi ajaran islam. Dan masyarakat yang menjunjung tinggi ajaran islam itu berawal dari keluarga yang kesehariannya dipenuhi dengan nilai-nilai keindahan akhlak islami.

Pengkajian Ayat: Pasangan Hidup

Saat kita bicara tentang pembentukan keluarga yang bisa memegang peranan dakwah dalam keluarganya sendiri, maka sorotan utama kita akan menuju dua sosok yang akan memegang peranan utamanya, yaitu Ayah dan Ibu.

Dari perspektif anak, mereka memang Ayah dan Ibu. Tapi keluarga bukan sekedar hubungan anak dengan orang tuanya saja. Bukan hanya tentang Ayah dengan anaknya atau Ibu dengan anaknya. Tapi ini juga tentang hubungan antara sang Ayah dengan sang Ibu. Baik hubungan interpersonalnya (Suami-Istri) ataupun hubungan ketika mereka hadir bersama di depan anak-anak (Ayah-Ibu).

Dua peranan ganda yang dipegang sang Suami dan sang Istri ini tentunya bukan suatu hal yang main-main. Suami-Istri ga sesederhana gebetan, pacaran, tunangan, HTS, atau apapun itu yang mengatasnamakan komitmen yang sebenarnya semu belaka. Suami-Istri itu pasangan hidup. Bukan sekedar menjalani hidup bersama, tapi juga memenuhi tanggung jawab bersama. Perlu adanya suatu chemistry yang membuat keduanya bisa klop untuk bekerja sama sesuai peranannya masing-masing

Nah, kaya gimana sih chemistry antara Suami-Istri itu menurut tuntunan Al-Qur'an? Cek ayat berikut ini,
“Dan di antara ayat-ayat-Nya ialah Dia menciptakan untukmu dari jiwa kalian sendiri pasangan hidup, supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” [Ar-Rum 21].
Nah inilah alur chemistry pasangan hidup yang dituntun oleh Al-Qur'an. Ada beberapa kata kunci di sini:

Satu jiwa. Min anfusikum. Dari jiwa kalian sendiri. Artinya, hal pertama yang harus dimiliki oleh suami istri adalah satu jiwa, soulmate, kesesuaian jiwa. BJ Habibie menyebutnya sebagai Manunggal. Semacam ada telepati di antara mereka dalam berkomunikasi. Satu jiwa ini yang membuat suami istri bisa klop meskipun belum pernah bertemu sebelumnya. Ya, kesejiwaan ini semacam kode dalam diri kita. Bisa itu berupa kesamaan visi, kesamaan komitmen, ataupun kesamaan dalam bentuk lain yang tidak bisa disadari oleh manusia. Dalam Islam, kesejiwaan yang paling utama itu adalah kesamaan komitmen kepada Allah dan agama.

Pasangan hidup. Azwaajan. Tepat setelah menyebut satu jiwa, Al-Qur'an langsung mengatakan bahwa merekalah pasangan hidup. Suami istri. Dengan begini Al-Qur'an mengajarkan bahwa pasangan hidupmu yang sebenarnya adalah pasti dari jiwa yang sama. Mengenai ini, kita biasanya dihadapkan dua hal. Menikahi orang yang kita cintai atau mencintai orang yang kita nikahi. Yang pertama cuma sebuah kemungkinan. Tapi yang kedua merupakan sebuah keharusan. Ketika kita sudah memutuskan berkomitmen bersama dengan seseorang, maka dialah pasangan hidup kita. Jadikan ia belahan jiwa kita. Jangan biarkan cintamu yang belum halal kepada orang sebelumnya menjadi penghalang jiwamu untuk bersatu dengan jiwa pasangan hidupmu saat ini.

Supaya kamu merasa tenteram kepadanya. Litaskunuu ilayha. Sakinah. Tepat setelah pasangan hidup yang sejiwa ini bersatu, Al-Qur'an langsung menjamin ketenteraman akan menyelimuti rumah tangga mereka. Jika rumah tangga tidak tenteram, maka itu mengindikasikan mungkin mereka tidak memulainya dengan kesejiwaan atau belum mau membuka hati untuk menyatukan jiwa mereka, menyatukan komitmen mereka. Sakinah ini selayaknya menjadikan pernikahan sebagai penyempurna separuh agama seseorang. Karenanya seseorang menjadi tenteram dengan adanya penyaluran yang halal dan baik untuk syahwatnya, dan tenang dengan adanya sahabat sejiwa yang akan terus memberikan semangat dan dukungan dalam setiap perjuangannya..

Mawaddah. Apa itu mawaddah? Dalam Qur'an terjemahan Departemen Agama, mawaddah diartikan sebagai kasih. Tapi sebenarnya mawaddah ini artinya cukup spesifik. Mungkin dalam bahasa inggris dan bahasa indonesia hanya dikenal kata love dan cinta. Tapi dalam bahasa arab, ada banyak kosakata spesifik yang menggambarkan kata cinta. Salah satunya mawaddah. Mawaddah ini adalah ekspresi cinta yang meliputi batin dan lahir juga, dari yang sifatnya sangat emosional romantis hingga yang sifatnya sangat syahwat biologis. Inilah mawaddah. Dalam ayat ini, mawaddah dianggap sebagai akibat, bukan sebab. Jika pasangan hidup itu sejiwa, maka akan tumbuh di dalamnya mawaddah. Itu alur yang diajarkan Qur'an. Jangan tertukar. Sering kali kita beranggapan, harus cinta (mawaddah) dulu baru pasangan tersebut akan cocok. Bahkan ada yang sebelum menikah sudah menikmati mawaddah yang biologis. Na'udzubillah. Jika seperti ini, maka alurnya akan kacau. Mungkin pasangan ini akan memiliki mawaddah, tapi belum tentu ada sakinah di dalamnya.

Rahmah. Ini juga salah satu kosa kata cinta dalam bahasa arab. Cinta yang seperti apa? Jika diibaratkan, Rahmah itu seperti cinta seorang ibu kepada anaknya. Tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi. Tak harap kembali. Rahmah itu memberi, bukan menerima. Rahmah itu berkorban, bukan menuntut. Rahmah itu berinisiatif, bukan menunggu. Rahmah itu bersedia, bukan berharap-harap.

Nah itulah alur chemistry pasangan hidup yang dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur'an Al-Karim.

Satu Jiwa, Menikah, Sakinah => Maka akan tumbuh Mawaddah dan Rahmah.
Inilah pasangan hidup yang barakah.

Jangan tertukar.
Jika kita mengawalinya dengan mawaddah => hanya akan berujung pada kemaksiatan.
Jika kita mengawalinya dengan rahmah => hanya akan berujung pada cinta yang bertepuk sebelah tangan. *ea, galau-galau dah.. hha*

Awali pernikahan dengan kesejiwaan dan ketenteraman.. Maka Allah akan menanamkan mawaddah dan rahmah didalamnya. Insya Allah. :)

Wallahu a'lam.
Billahilhidayah wat taufiq.
Wassalamu 'alaykum warahmatullahi wabarakatuhu.

Leave a Reply